Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) Asosiasi Pedagang Kaki Lima Indonesia (APKLI) Perjuangan Kabupaten Pandeglang resmi dilantik untuk periode kepengurusan tahun 2025–2030, pada Jumat 19 September 2025, di Alun-alun Pandeglang. Pelantikan ini menjadi momentum konsolidasi pedagang kaki lima (PKL) dan pelaku UMKM agar lebih berdaya dan mandiri.
Ketua Umum APKLI Kabupaten Pandeglang, Ahmad Saepul Rochman menegaskan, pelantikan ini menjadi momentum kebangkitan PKL dan UMKM. Ia berharap ke depan tidak ada lagi penggusuran PKL, melainkan diganti dengan pembinaan serta program pemberdayaan agar usaha kecil bisa tumbuh berkelanjutan.
“Hari ini dari Alun-Alun Pandeglang, kami meyakini kebangkitan usaha mikro kecil menengah akan dimulai. Kami ingin PKL dan UMKM maju, unggul, dan hidupnya sejahtera,” ujar Ahmad, Senin (22/9/2025).
Meski demikian, menurutnya tantangan masih cukup besar. Akses permodalan yang terbatas, lemahnya manajemen usaha, serta penataan ruang kota menjadi persoalan klasik yang belum terpecahkan. APKLI sendiri mencanangkan Gerakan Pasar Rakyat dengan fokus pada revitalisasi pasar tradisional, integrasi rantai pasok, hingga digitalisasi UMKM.
Sementara Bupati Pandeglang, Raden Dewi Setiani menyambut baik semangat APKLI. Ia menilai sinergi antara organisasi PKL-UMKM dengan pemerintah daerah menjadi kunci agar usaha kecil di Pandeglang tidak hanya dapat bertahan, tetapi juga bisa naik kelas.
Dewi menambahkan, keberadaan fasilitas seperti rumah kemasan harus dimanfaatkan secara maksimal untuk meningkatkan kualitas produk lokal. Menurutnya, pelaku usaha dituntut untuk berinovasi dan tidak hanya mengandalkan bantuan pemerintah jika ingin mampu bersaing di tengah ketatnya pasar.
“Kami berharap keberadaan pengurus DPD dan DPC APKLI bisa memperkuat pemberdayaan, sehingga PKL dan UMKM Pandeglang mampu mandiri dan sejahtera,” kata Dewi.
Ke depan, Ia berharap kolaborasi antara pemerintah, APKLI, dan pelaku UMKM diharapkan mampu melahirkan pusat pertumbuhan ekonomi rakyat dari Pandeglang. Namun, tanpa komitmen serius dan konsistensi, potensi ini bisa kembali terhambat oleh masalah klasik seperti penggusuran, lemahnya modal, serta rendahnya daya saing produk lokal.