Di tengah upaya pemerintah Kabupaten Pandeglang membangun ribuan Rumah Tidak Layak Huni (RTLH), masih banyak lansia yang terjebak dalam kondisi rumah yang jauh dari standar kenyamanan dan keamanan. Mereka menghadapi berbagai tantangan mulai dari atap bocor, dinding lapuk, hingga kondisi rumah yang hampir roboh.
Contoh nyata adalah kondisi rumah milik Aliyudin (75) dan Ningsih (70) , pasangan lansia di kampung Sindanghayu, Desa Tanagara, Kecamatan Cadasari. Rumah panggung kayu bilik miliknya sudah sangat lapuk. Bila hujan turun, atap bocornya menjadi masalah rutin.
Menurut Ningsih, ia bersama sang suami dan satu anaknya sudah tinggal di rumah tersebut sejak 15 tahun yang lalu. keterbatasan ekonomi membuatnya tidak sanggup untuk membangun rumah mereka.
” Kalau dirumah ini sekitar 15 tahunan, sebelumnya tinggal di lampung, ” kata ningsih dengan penuh rasa haru, Rabu (01/10/2025).
Ningsih dan Aliyudin sebetulnya memiliki 5 orang anak, namun hanya 1 yang saat ini tinggal bersama mereka. Sementara 4 orang anak lainnya sudah berumah tangga dan memilih untuk tinggal bersama pasangannya masing -masing.
” Kalau buat makan ya ngandelin anak nenek yang kerjanya serabutan, itu juga kadang dapet uang kadang ngga. Kalau gak dapet uang ya gak makan, ” tuturnya.
Keprihatinan Ningsih ini juga diperparah dengan kondisi Aliyudin yang mulai sakit-sakitan, Lagi-lagi keterbatasan ekonomi menjadi penyebab Ningsih tidak mampu membawa sang suami berobat.
Rasa takut kerap menghantui Ningsih, jika musim penghujan disertai angin kencang tiba. Bagaimana tidak, rumah yang sudah mengalami kerusakan di mana-mana itu rentan roboh jika terkena angin kencang.
” Apalagi kalau pas hujan angin terus mati lampu pak, hanya bisa berdoa agar diselamatkan. Karena khawatir roboh ini rumah, ” tandanya.
” Udah berapa tahun terakhir ini kakek punya penyakit gatal di sekujur tubuhnya, boro-boro buat berobat pak buat makan aja susah, ” pungkasnya.
Saat ditanya terkait bantuan dari pemerintah, Ningsih mengaku hanya pernah menerima bantuan saat masa covid 19 lalu.
” Itu doang sekali pak, kalau sekarang gak pernah lagi dapet bantuan, ” jelasnya.
Ningsih hanya berharap, Pemerintah Daerah dapat membantu memperbaiki rumah yang menjadi pelindung dari panas matahari dan guyuran hujan bersama sang suami dan anaknya.
” Pengennya mah di bangun biar bisa hidup nyaman, gak khawatir roboh gitu, ” kata Ningsih dengan penuh harap.
Sementara Sekertaris Desa Tanagara, Bachrul Ulum menyebut, pihaknya sudah berupaya mengajukan bantuan perbaikan rumah milik Aliyudin dan Ningsih tersebut, namun hingga kini belum terealisasikan.
Kalau dari desa, kami sudah mengajukan proposal perbaikan kepada Pemerintah Daerah, cuman sampai saat ini belum ada tindak lanjutnya, ” singkatnya.