Kolaborasi Lintas Sektor Dorong Revitalisasi Infrastruktur Lembur Mangrove Patikang

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE

Lembur Mangrove Patikang, kawasan konservasi dan ekowisata mangrove seluas 3 hektar di Desa Citeureup, Kecamatan Panimbang, Kabupaten Pandeglang, terus menunjukkan perkembangan positif dalam upaya penguatan berbasis komunitas yang didukung oleh universitas dan industri. Kawasan yang dikelola oleh Pokdarwis Putri

Gundul ini telah menjadi pusat konservasi dan penghasil bibit mangrove utama di Pandeglang, sekaligus destinasi wisata
edukasi dengan aktivitas birdwatching, susur sungai dengan kano, dan Liwungan Island Trip.

Namun demikian, sejumlah tantangan masih dihadapi, terutama pada aspek infrastruktur dan edukasi wisata.Gardu pandang yang menjadi ikon birdwatching kini lapuk dan ambles, akses kawasan terbatas, serta minimnya media edukasi terkait biodiversitas atau keanekaragaman satwa dan hayati di daerah ini. Selain itu, lokasi yang bersebelahan dengan garis pantai juga membuat ancaman banjir rob, gelombang pasang, dan abrasi pantai menjadi risiko yang harus segera dimitigasi.

Untuk menjawab tantangan ini, Pokdarwis Putri Gundul bekerja sama dengan Program Studi Arsitektur dan Desain Komunikasi Visual Universitas Multimedia Nusantara (UMN) melalui Program Hibah Pengabdian Kepada Masyarakat oleh Kemdiktisaintek Tahun Anggaran 2025 Skema Pemberdayaan Berbasis Masyarakat. Melalui skema hibah yang dimulai pada bulan Agustus 2025 ini, dihasilkan solusi berupa gardu pandang yang dilengkapi dengan binocular NC25X100 dan media eduwisata interaktif berupa signage interaktif yang terhubung dengan website.

“Pada kenyataannya, kami kalau sendiri tidak bisa apa-apa karena pengembangan masyarakat yang berkelanjutan membutuhkan berbagai pihak untuk saling bergandeng tangan mencapai satu visi, mulai dari pemerintah, industri, universitas, komunitas, dan masyarakat setempat. Kami bangga bahwa proyek Lembur Mangrove Patikang ini adalah salah satu contoh positif dimana setiap pihak mengambil peran aktif dan saling gotong royong untuk mencapai visi bersama.” kata Fonita Theresia Yoliando selaku dosen peneliti dari UMN, Sabtu (04/10/2025).

Perancangan gardu pandang ini dilakukan melalui proses brainstorming dan participatory design research dengan keterlibatan masyarakat setempat. Desain gardu pandang ini direncanakan memiliki fungsi ganda sebagai titik observasi wisata dan titik evakuasi bencana, dengan elevasi lebih dari 50 cm di atas muka air rob tertinggi.

” Untuk meningkatkan kualitas pengalaman birdwatching, ditambahkan pula fasilitas binocular dengan tingkat zoom mencapai 25x dan mounting 360°. Dalam
pelaksanaan program ini, kolaborasi lintas pihak menjadi kunci, ” ujarnya.

Selain swadaya masyarakat, dukungan juga datang dari berbagai mitra, termasuk Chandra Asri yang berperan sebagai mitra pembangunan dan pendamping Lembur Mangrove Patikang dalam mengembangkan area edu-ekowisata ramah lingkungan dan berkelanjutan dengan mengutilisasi limbah nonB3 perusahaan. Sebanyak 179 meter trekking mangrove di area dibangun menggunakan palet plastik dan papan plastik daur ulang yang terbuat dari 5 ton sampah plastik multilayer yang tidak termanfaatkan, menjadikannya yang pertama untuk
diterapkan di area edu-ekowisata.

” Dengan kerjasama ini penerapan konsep sustainability dan ekonomi sirkular dapat lebih implementatif sekaligus memastikan hasil penelitian dari masyarakat yang kembali ke masyarakat, ” jelasnya.

Kepala Desa Citeureup, Oman Suherman , turut mendukung penuh inisiatif ini. Sebagai pemimpin desa yang aktif hadir di tengah masyarakat melalui kegiatan tahlilan, pengajian rutin, dan silaturahmi dengan berbagai pihak, beliau juga mengapresiasi dukungan eksternal terhadap program mangrove.

“Kami berharap pembangunan infrastruktur baru ini tidak hanya memperkuat daya tarik wisata, tetapi juga memperkuat ketahanan masyarakat terhadap risiko bencana. Dengan
keterlibatan semua pihak, Lembur Mangrove Patikang dapat menjadi contoh eduwisata berbasis masyarakat yang  berkelanjutan,” pungkasnya.

Kedepannya,diharapkan program ini akan dilanjutkan dengan pelatihan eduwisata dan sistem pengelolaan berbasis peran komunitas. Sehingga, Lembur Mangrove Patikang dapat terus berkembang sebagai destinasi unggulan Pandeglang, sekaligus laboratorium hidup bagi pendidikan lingkungan dan mitigasi bencana yang berkelanjutan.

“melalui inisiasi Program Hibah Kemdiktisaintek yang dapat dirasakan manfaatnya oleh masyarakat secara langsung, ” harapnya.

Pos terkait