Bumdes Di Pandeglang Produksi Kopi Puhu Dalam Bentuk Sachet

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE

Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Bandung Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang memproduksi Kopi Puhu dalam bentuk sachet atau kemasan sekali seduh.

Kepala Desa Bandung Wahyu Kusnadiharja mengatakan, Kopi puhu ini merupakan olahan buah kopi hitam pilihan yang harum dan istimewa yang tumbuh di hutan semak belukar di Desa Bandung, kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang dan saat ini, pihak telah memproduksi kopi puhu dalam bentuk sachet

“Per dua jam kami dapat memproduksi Kopi Puhu sachet sebanyak 1.200 pieces,” katanya kepada wartawan saat menggelar konferensi pers di Kantor Sekretariat Porwan Kabupaten Pandeglang, Rabu, 17 April 2024.

Kopi Puhu dibuat dalam bentuk sachet untuk dapat memenuhi pasar. Lantaran banyak pecinta kopi membeli berupa sachet.

“Saat ini yang saya tahu banyak kopi sachet hasil produksi dari luar daerah,” katanya.

Misalnya saja, kopi Kapal Api. Kemudian kopi Kupu-Kupu, kopi Oplet, Kopi Disco, itu berasal dari Kabupaten Lebak.

“Sementara Pandeglang belum ada kopi yang mencirikan khas Pandeglang. Atas dasar itulah melalui BUMDes Bandung, kami memproduksi khas Pandeglang yaitu Kopi Puhu,” katanya.

Kopi Puhu ini, diracik dari biji kopi pilihan hasil petik dari kebun milik masyarakat Bandung, Kecamatan Banjar, Kabupaten Pandeglang. Kopi Puhu sudah berlabel halal, dan mereknya sudah didaftarkan HAKI dan memiliki sertifikat izin pangan industri rumah tangga atau PIRT.

“Kopi Puhu ini merupakan biji kopi jenis Robusta Buni. Yang dipetik dan digiling tanpa bahan campuran, jadi ini kopi asli tanpa bahan lain semisal jagung atau yang lain,” katanya.

Sehingga, ketika diseduh akan menimbulkan aroma khas wangi kopi murni. Kemudian ketika diminum akan terasa berbeda atau melekat di lidah rasa kopi asli.

“Saat ini kita memproduksi kopi Puhu sachet isi enam gram. Dengan kemasan menarik yaitu melambangkan icon Pandeglang yaitu Badak Jawa dan Ikan Mas Sinyonya,” katanya.

Setiap sachet, harga jualnya Rp1.000. Selain yang sachet turut dijual juga dalam bentuk kemasan seberat 250 gram.

“Buah kopi yang kita petik diolah menjadi serbuk agar dapat dikonsumsi dan memiliki nilai ekonomi yang tinggi. Oleh karena itu melalui BUMDes langsung diuji coba untuk diproduksi,” katanya.

Lalu, kenapa disebut Kopi Puhu, kalau berdasarkan bahasa Sunda Pandeglang, bahwa puhu ini artinya yang paling tua.

“Kopi paling tua di daerah kami sejak zaman lurah Hamidah tahun 1840 Masehi. Hingga sekarang Kopi Puhu masih tumbuh subur di Desa Bandung,” katanya.

Kasubbag Rumah Tangga dan Perlengkapan pada sekretariat DPRD Kabupaten Pandeglang Wasi mengapresiasi, Kepala Desa Bandung yang sangat inovatif.

“Memang betul, saya belum melihat ada kopi asli Pandeglang yang dijual berupa sachet. Tapi saat ini dimulai dari Desa Bandung dan saya sangat bangga,” katanya.

Pos terkait