Pasca Badak Mustofa Mati, Wabup Iing Murka Tolak Translokasi Badak Jawa

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE

Wakil Bupati (Wabup) Pandeglang Iing Andri Supriadi murka setelah Kematian Mustofa Badak Jawa Cula Satu pasca translokasi (pemindahan) ke kawasan konservasi khusus Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA). Wabup Iing menolak translokasi Badak Jawa dari habitat asli di Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK).

“Tentu kami Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pandeglang sangat berduka kehilangan salah satu Badak Cula Satu di Kabupaten Pandeglang, karena Badak Jawa ini bagian dari ikon Pandeglang,” kata Wabup Iing, Senin (01/12/2025).

Bacaan Lainnya

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE

Dikatakan Iing, Badak Jawa Cula Satu bagian dari ikon Pandeglang, yang keberlangsungannya harus betul-betul dijaga dan dirawat. Maka dari itulah dia menegaskan, jangan sampai terjadi lagi ada kematian akibat translokasi.

“Badak itu ikon Pandeglang yang berarti mustikanya Pandeglang dan sangat langka di Indonesia bahkan dunia. Sehingga kedepan kami berharap kepada pihak-pihak terkait khususnya Balai TNUK, untuk menjaga dan merawat dengan baik, sehingga kematian akibat translokasi tidak terjadi lagi,” jelasnya.

Wabup Iing juga murka hingga menyatakan penolakan dan meminta dihentikan translokasi (pemindahan) Badak Jawa Cula Satu dari habitat asli di TNUK, ke kawasan konservasi khusus JRSCA. Kekhawatiran ini meningkat setelah seekor Badak Jawa bernama Musofa, yang sebelumnya telah ditranslokasi, mati tak lama setelah pemindahan.

“Rencana translokasi, kalau menurut pribadi, resikonya tinggi khawatir mengakibatkan badak tersebut mati kembali. Saya rasa badak tersebut hidup sesuai dengan sebagaimana mestinya di habitat aslinya di TNUK. Saya tegaskan, saya menolak adanya translokasi Badak Jawa ke JRSCA,” tegasnya.

Menurut politisi muda Partai Demokrat Pandeglang ini, jangan ada translokasi karena membutuhkan adaptasi. Apalagi, badak ini sudah terbiasa berhimpun di lingkungan yang lama di daerah TNUK.

“Jangan sampai ditranslokasi badak ini. Minim kajian ilmiah dan analisis yang matang, berisiko tinggi menyebabkan stres, gangguan kesehatan, atau kematian pada badak. Jangan sampai terjadi lagi kematian,” tegasnya lagi.

Wabup Iing juga menyinggung pihak Balai TNUK kurang transparansi terhadap publik soal rencana translokasi tersebut. Bahkan dia sangat menyayangkan dengan sikap Balai TNUK yang tidak langsung menyampaikan ke publik kematian Mustofa akibat translokasi tersebut.

“Tidak adanya transparansi terhadap publik. Harusnya, dilakukan kajian ilmiah dan analisis matang, setelah itu sampaikan ke publik, bagaimana dampak negatif dan positifnya. Jangan setelah mati baru diekspos, dan itupun tidak langsung disampaikan waktu saat kematiannya,” katanya.

“Makanya jangan main-main. Meskipun dibawah naungan TNUK, harus melakukan koordinasi kepada Pemkab Pandeglang, ini tidak ada,” tandasnya.

Pos terkait