Seekor Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) bernama bernama Musofa, yang sebelumnya menjadi bagian dari program translokasi konservasi, dilaporkan mati di dalam area penangkaran pada Jumat ( 07/11/2025) pukul 15.00 WIB.
Sebelumnya, Musofa menjalani perawatan intensif di Javan Rhino Study and Conservation Area (JRSCA) Taman Nasional Ujung Kulon (TNUK), namun dinyatakan tidak dapat diselamatkan akibat kondisi penyakit kronis bawaan yang sudah lama diderita.
Dikutip dari siaran pers Balai TNUK, kronologis kematian Mustofa dimulai saat masuk pit trap pada 3 November 2025. Kemudian, proses pemindahan dilakukan setelah mempertimbangkan faktor cuaca ekstrem dan keselamatan satwa. Musofa tiba di JRSCA pada 5 November 2025 dengan kondisi stabil dan menunjukkan respons adaptasi yang baik pada fase awal. Tim dokter hewan memberikan observasi ketat dan penanganan kesehatan sejak hari pertama.
Namun, pada 7 November 2025, Musofa mengalami penurunan kondisi klinis. Tim medis pun segera memberikan penanganan darurat sesuai standar penyelamatan satwa liar. Sayangnya pada sore di hari yang sama, Musofa dinyatakan tidak dapat diselamatkan.
Nekropsi dilakukan oleh tim patologi Sekolah Kedokteran Hewan dan Biomedis (SKHB) IPB University untuk memastikan penyebab kematian Musofa. Pemeriksaan menunjukkan adanya penyakit kronis yang sudah berlangsung lama pada lambung, usus, dan otak, infeksi parasit dalam jumlah signifikan, serta tanda degenerasi jaringan. Ditemukan pula luka lama akibat perkelahian di alam, yang menjadi faktor tambahan, namun bukan penyebab utama.
Kepala Balai TNUK, Ardi Andono, bahwa proses translokasi Musofa telah melalui perencanaan matang, melibatkan para ahli konservasi satwa liar dari dalam dan luar negeri, dokter hewan, Tentara Nasional Indonesia (TNI), serta berbagai mitra konservasi.
“ Seluruh prosedur dilaksanakan sesuai standar konservasi internasional, dengan simulasi, penilaian etik, serta kesiapan logistik dan pengamanan. Musofa dipindahkan tanpa luka atau cedera, namun penyakit kronis yang lama diderita menjadi tantangan medis yang tidak dapat diatasi,” jelasnya, Kamis (27/11/2025).
Temuan ini memberikan gambaran penting bagi peningkatan standar pengelolaan kesehatan Badak Jawa di habitat alaminya.
” Balai TNUK bersama IPB University, akademisi lainnya, dan mitra konservasi akan menyiapkan langkah lanjutan berupa analisis komprehensif untuk penguatan deteksi dini penyakit, pengelolaan habitat, dan pemantauan kesehatan populasi, ” jelas Ardi.







