Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kabupaten Pandeglang, menggelar Rakor pelaksanaan intervensi serentak pencegahan stunting dalam upaya percepatan penurunan Stunting di Kabupaten Pandeglang 2024.
Rakor yang berlangsung di Hotel Rizki, Pandeglang tersebut, dibuka oleh Wakil Ketua TPPS Kabupaten Pandeglang, Sutoto.
“Kegiatan yang kita laksanakan hari ini, dalam rangka percepatan penurunan yang harus dilakukan dari Pusat, Provinsi, Kabupaten, Kecamatan, sampai tingkat Desa, sesuai dengan amanat Perpres 72 Tahun 2021 bahwa harus dilakukan intervensi secara kolaborasi melibatkan pentahelix bahkan sampai kader ditingkat Desa,” kata Sutoto, Rabu (13/11/2024).
“Kita mengundang TPPS, mulai dari tingkat Kecamatan hingga tingkat Desa termasuk Kepala Puskesmas dan tenaga pendamping keluarga untuk menjawab program ini termasuk ada pakar dan tim ahli,” sambungnya.
Ia menerangkan, jika prevalensi Stunting di di Kabupaten Pandeglang tahun 2024 sebesar 28,6 persen yang tersebar di 10 Desa.
“Jumlah penderita stunting di Pandeglang ada 2.400 orang atau sekitar 28,6 persen, yang tersebar di 8 Kecamatan atau 10 Desa. Dan kita nanti ada lokus di tahun 2025 yang ditentukan dari data yang update setiap bulan melalui penimbangan dan pengukuran di Posyandu. Jadi yang tertinggi prevalensinya, itu akan mendapatkan prioritas untuk di 2025,” ungkap Sutoto.
Sutoto mengatakan, bahwa tujuan pelaksanaan kegiatan intervensi serentak pencegahan Stunting untuk mendeteksi dini masalah gizi, memberikan edukasi pencegahan stunting kepada seluruh sasaran dan melakukan intervensi segera bagi sasaran yang memiliki masalah gizi serta meningkatkan kunjungan cakupan sasaran ke Posyandu.
“Target penurunan itu kita targetkan di tahun 2025, diangka dibawah 20 persen sesuai dengan hasil rembuk stunting. Ada 2 yang akan kita lakukan, yang pertama pendekatan prevalensinya intervensi spesifik atau yang sudah terkena kasus stunting ini dilakukan penyembuhan agar anak kembali tumbuh dengan normal. Dan yang kedua adalah sensitif melalui pendekatan kader dengan sosialisasi, edukasi, serta pemberian makanan tambahan,” ujarnya. (Adv)